Kamis, 21 April 2011

apakah saya berevolusi ?

Sepertinya tidak
karena manusia secara fitrah diciptakan khusus oleh sang Pencipta.
Mulai dahulu hingga sekarang, adakah bukti kalau manusia mengalami evolusi ?
apakah manusia berasal dari suatu bentuk tertentu yang dikemudian hari akan berubah ke bentuk yang lain?
Memang manusia berasal dari perpaduan sperma dan ovum yang berasal dari kedua orang tua. tapi hal itu tidaklah cukup untuk membuktikan bahwa manusia berevolusi. tapi hal itu membuktikan awal mula proses kejadian manusia bukan evolusi.
sesuatu dikatakan mengalami evolusi apabila telah mengalami perubahan bentuk , sifat dan kekhususan yang mencirikan / membedakan dengan keadaan sebelumnya dan yang terpenting adalah setelah mengalami evolusi, proses pembentukannya tidak kembali ke proses awal melainkan terus-menerus mengalami perubahan dan pengembangan.
jadi perubahan dari air mani hingga menjadi manusia adalah suatu proses bukan fakta kejadian evolusi.
seandainya manusia mengalami evolusi pasti memiliki kemiripan baik itu bentuk , sifat, maupun karakteristik dengan makhluk hidup yang lainnya.
oleh karena itu sangatlah sayang jika kita mengatakan bahwa kita adalah produk evolusi dari suatu makhluk. toh makhluk yang kita anggap awal evolusi dari kita pun tidak dapat menyerupai diri manusia itu sendiri karena manusia memiliki akal yang membedakan dengan makhluk yang lainnya.

hal yang dilakukan untuk melestarikan kehidupan di bumi

Baiklah, menurut pendapat saya, apa yang sebaiknya dilakukan untuk melestarikan kelangsungan hidup di bumi?


Banyak sekali hal yang dapat dilakukan. Tetapi yang sudah saya lakukan sampai pada saat ini adalah, mengurangi penggunaan air yang berlebihan, tidak banyak menggunakan barang-barang yang berbahan dasar plastik, mengurangi penggunaan tissue/kertas, tidak menggunakan kendaraan pribadi dalam jangka waktu yang sering.
Itu adalah beberapa yang sudah saya lakukan, mungkin yang sedikit saya lakukan tidak berarti banyak. Tetapi jika setiap manusia berfikir tidak berarti banyak, maka akan menjadi apa bumi kita ini?
Kita sebagai objek pengguna bumi sebaiknya sebagai peran utama juga yang bertanggung jawab dan melestarikan bumi ini. Bayangkan saja, dan bandingkan bumi 10 tahun terakhir ini. Keadaan cuaca semakin tidak jelas dan tidak menentu, fenomena alam banyak terjadi.

Saya memiliki beberapa ide untuk melestarikan bumi ini demi kelangsungan hidup, baik manusia, hewan, ataupun tumbuhan. Tetapi ide ini mungkin tidak akan terwujud apabila kesadaran dari pengguna bumi terutama manusia telah mati.

Ide saya adalah, mengapa kita pengguna bumi tidak menggunakan "Public Transportation" kurangi sedikit penggunaan kendaraan pribadi, khususnya mobil pribadi. Betapa tidak menyedihkan ketika anda melihat di tengah kemacetan jalan, anda melihat hampir setiap dari pengguna mobil pribadi, di dalamnya hanya berisi 1 atau 2 orang. Penggunaan bahan bakar yang perlebihan juga akan memperlambat umur bumi kita.
Lalu menurut saya menggunaan tissue juga sebaiknya dikurangi, cobalah gunakan dengan sapu tangan atau handuk kecil.
Penggunaan air juga, mengapa tidak setiap rumah menampung air untuk hal-hal kecil seperti mencuci piring, alangkah baiknya apabila, tidak boros dalam pemakaiannya.
Paper Less, kurangilah penggunaan kertas. Jika anda ingin memperbanyak suatu dokumen yang tidak begitu sah, gunakanlah bagian kertas yang masih tersisa.

Kita sudah banyak mengetahui program dan wacana-wacana tentang menanam 1000 pohon, atau tidak menggunakan plastik. Lalu bagaimana kita tidak menerapkan satu ide dari banyak ide lain mengenai "Melestarikan Bumi Untuk Kelangsungan Hidup"

Wacana-wacana tersebut sudah terlalu sering kita dengar, lalu apakah kita masih mau tidak menghargai tempat kita bernaung? Sedikit yang kita lakukan akan berarti banyak di hari depan. Selama itu hal yang baik, lalu mengapa kita tidak memperdulikan? Siapa lagi yang akan menjaga dan melestarika bumi ini selain kita orang yang ada di dalamnya?

So, Lets Save Our Earth. Stop Global Warming!!!

Selamat dicoba dan pasti tidak akan dirugikan... :) God Bless Us

mengganti nama planet bumi

jika saya di izinkan untunk mengganti nama planet bumi maka saya akan mengganti namanya menjadi "the dust planet" karena planet bumi kita ini terdapat banyak debu dmana mana .

Rabu, 06 April 2011

sad

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Chandra Permana
NPM : 11510557
Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2011
Nama Asisten : 1. Kak Retno
2.
Paraf Asisten :

  1. Percobaan : Indera Pendengaran
I.1 Nama Percobaan : Percobaan Rine
Nama Subjek Percobaan : Chandra
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

  1. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada tulang.
  2. Dasar Teori :
Pitch dan Loudnes. Suara yang dibedakan tekanannya berkolerasi dengan gelombang sinus. Suara semacam itu disebut nada murni (pure tone). Siklus gelombang menuju kompresi dan ekspansi udara seperti suara geombang yang selalu bergerak. Kedua karakteristik utama gelombang seperti itu adalah frekuensi dan amplitudo. Frekuensi diukur dengan jumlah getaran perdetik; yaitu beberapa kali perdetik sampai siklus gelombang suara diulang. Unit Hertz (singkatan Hz) digunakan untuk menunjukkan sikus perderik; yaitu suatu siklus perdetik sama dengan satu Hz. Amplitudo berhubungan dengan jumlah kompresi dan ekspansi udara, seperti digambarkan oleh panjangnya gelombang dimulai dari puncak sampai dasar kurva.
  1. Alat Yang Digunakan : Garpu tala
  2. Jalannya Percobaan :
  1. Penghantar Craniotymponal :
  • Praktikan diminta memegang bagian bawah garpu tala ;
  • Kemudian praktikan diinstruksikan untuk menggetarkan garpu tala dengan cara memukulnya ke benda logam (besi pada kursi) ;
  • Setelah itu, letakkan garpu tala diatas kepala sampai nada menghilang
  • Kemudian letakkan garpu tala di depan lubang telinga ;
  • Rasakan dan dengarkan apakah bunyi/nada garpu tala masih terdengar atau tidak.
  1. Penghantar Aerotymponal :
  • Praktikan diminta memegang bagian bawah garpu tala ;
  • Kemudian praktikan diinstruksikan untuk menggetarkan garpu tala dengan cara memukulnya ke benda logam (besi pada kursi) ;
  • Setelah itu, letakkan garpu tala dibelakang telinga (tetapi tidak sampai menempel di telinga) sampai nada menghilang.
  • Kemudian letakkan garpu tala di depan lubang telinga ;
  • Rasakan dan dengarkan apakah bunyi/nada garpu tala masih terdengar atau tidak.

  1. Hasil Percobaan :
      1. Hasil Craniotymponal :
Pada awal garpu tala diletakkan di puncak kepala nada terdengar keras dan bergetar namun perlahan nada tidak terdengar lagi, dan ketika praktikan meletakkan garpu tala di depan lubang telinga dan hasilnya masih terdengar (berdengung).
      1. Hasil Aerotymponal :
Pada saat garpu tala diletakkan di belakang telinga nada terdengar (berdengung) dan bergetar namun perlahan nada tidak terdengar lagi, dan ketika praktikan meletakkan garpu tala di depan lubang telinga dan hasilnya masih terdengar lebih nyaring.

  • Hasil sebenarnya :
1. Ketika nada garpu tala sudah tidak terdengar lagi di puncak kepala, tetapi ketika diletakkan di depan lubang telinga nada suaranya masih terdengar.
2. Ketika nada garpu tala sudah tidak terdengar lagi di belakang telinga, tetapi ketika diletakkan di depan lubang telinga nada suaranya masih terdengar.
3. Semakin besar garpu tala, semakin berat suaranya.
4. Garpu tala dan telinga sejajar maka hantaran suaranya bagus.
5. Penghantaran suara lewat udara lebih baik daripada lewat tulang.
6. Pada orangtua, elastisitas membrane thympany-nya kurang sehingga terka- dang indera pendengarannya kurang berfungsi dengan baik.
7. Membrane thympany menggetarkan maleus, incus, stapes, sehingga ter-dengar suara.

  1. Kesimpulan :
    • Ketika nada garpu tala tidak terdengar lagi dipuncak kepala, tetapi ketika diletakkan dilubang telinga nada suara masih terdengar.
  2. Daftar Pustaka :
    • Miyoso, D.P,. Mewengkang L.N,. Aritomoyo, D,. (2010). Diagnosis Kekurangan Pendengaran.http://www.kalbe.co. Id/. 7 april 2011





I.2 Nama Percobaan : Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Nama Subjek Percobaan : Chandra
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

    • Tujuan Percobaan : Untuk memeriksa ketajaman pendengaran
    • Dasar Teori :
Frekuensi suara adalah jumlah tekanan perdetik,Diukur dalam hertz (Hz). Pitch adalah persepsi yang mendekati hubungan dengan frekuensi. Hukumnya adalah semakin tinggi frekuensi, maka semakin tinggi pitch nya.

    • Alat Yang Digunakan : Arloji dan Meteran
    • Jalannya Percobaan :
      • Praktikan lain diminta memegang stopwatch kemudian diletakkan di sebelah telinga, jika yang ingin di uji telinga sebelah kanan maka telinga kiri ditutup ;
      • Jauhkan stopwatch perlahan-lahan sampai suara detik dari stopwatch-nya sudah tidak terdengar lagi ;
      • Kemudian praktikan lain diminta untuk mengukur jarak telinga sampai akhir suara dengan meteran.

e. Hasil Percobaan :
  • Pengukuran jarak pada telinga sebelah kanan hasilnya 59 cm
  • Pengukuran jarak pada telinga sebelah kiri hasilnya 64 cm.

  • Hasil sebenarnya :
      1. Rata-rata diatas 50 cm.
      2. Sangat dipengaruhi oleh kebisingan
      3. Biasanya telinga sebelah kanan lebih jauh jaraknya daripada sebelah kiri.

  • Kesimpulan :
  • Jadi ketajam telinga kanan dan kiri itu berbeda dan sangat di pengaruhi oleh kebisingan
  • Daftar Pustaka :
  • Murni,A.Y,.(2003).Frekuensi suara. http://library.usu.ac.id/. Di akses tanggal 7 april 2011


I.3 Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi (Percobaan Weber)
Nama Subjek Percobaan : Chandra
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan : Untuk menentukan sumber bunyi
  1. Dasar Teori :
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
  1. Alat Yang Digunakan : Pipa karet
  2. Jalannya Percobaan :
      • Praktikan diminta untuk meletakkan ujung-ujung pipa karet pada ujung lubang telinga ;
      • Kemudian praktikan lain diminta untuk menekan/memencet bagian-bagian pada pipa karet, seperti bagian kanan, kiri, atau tengah ;
      • Dan praktikan diminta menjawab pada bagian mana yang ditekan.

e. Hasil Percobaan :
  • Ketika praktikan lain menekan pipa bagian kiri, praktikan menjawab dengan benar arah yang ditekan.
  • Lalu ketika praktikan lain menekan pipa bagian kanan, praktikan menjawab dengan benar arah yang ditekan.
  • Kemudian ketika praktikan lain menekan lagi pada pipa bagian tengah, praktikan menjawab dengan benar arah yang ditekan.

  • Hasil sebenarnya :
  1. Kalau masih bisa membedakan kanan dan kiri berarti normal.
  2. Membedakan dibagian tengah atau belakang lebih atau cukup sulit.

f. Kesimpulan :
  • Kalau masih bisa membedakan bunyi kanan dan kiri saat percobaan menggunakan pipa karet masih normal. Untuk membedakan bunyi pada bagian tengah memang cukup sulit. Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran pada pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising (satuan yang dipakai adalah desibel (dB)). Pegeseran ambang pendengaran ini dapat berlangsung sementara namun dapat juga menetap.
g. Daftar Pustaka :
  • NN. (2010). Kebisingan Suara. http://htts.wordpress.com/. 06 Maret 2010. 19.45




  1. Percobaan : Keseimbangan
II.1 Nama Percobaan : Kedudukan Kepala dan Mata Normal terhadap Keseimbangan Tubuh
Nama Subjek Percobaan : Chandra
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

  1. Tujuan Percobaan :
  • Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak atau goyang akan menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu ;
  • Memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sedia kala ;
  • Melihat adanya nistagmus.

  1. Dasar Teori :
  2. Alat Yang Digunakan : Sapu tangan besar, Tongkat atau Batang yang bisa diberdirikan
  3. Jalannya Percobaan :
      • Praktikan diminta untuk berjalan lurus dengan mata terbuka ;
      • Kemudian praktikan diminta untuk kembali berjalan lurus ;
      • Lalu praktikan diminta berbalik arah dengan mata tertutup kemudian kepala dihentakkan ke sebelah kanan atau kiri ;
      • Praktikan diminta berjalan lagi dengan mata tertutup.

e. Hasil Percobaan :
  • Pada saat berjalan dengan mata terbuka, praktikan dapat berjalan lurus.
  • Kemudian saat praktikan diminta kembali berjalan dengan mata terbuka, masih dapat berjalan lurus.
  • Namun saat praktikan diminta berjalan dengan mata tertutup setelah menghentakkan kepala ke sebelah kiri maka praktikan akan berjalan miring ke sebelah kanan.
  • Hasil sebenarnya :
  1. Dalam sikap tubuh biasa praktikan dapat berjalan lurus atau tidak mengalami kesulitan.
  2. Tidak dapat berjalan lurus (ada kesulitan dalam berjalan), biasanya jalan ke kiri miring ke kanan, begitu pula sebaliknya.

f. Kesimpulan :
  • Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungannyag dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan serebelum. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak. Dan pada saat percobaan kedua tidak terlalu kesulitan berjalan, karena cairan endolimph dan perilimph-nya normal kembali. Jika di putar kedua lebih pusing, maka cairan endolimp dan perilimph baru bekerja.
g. Daftar Pustaka :
  • NN. (2009). Gangguan Keseimbangan. http://minepoems. blogspot.com/.di akses tanggal 7 april 201


II.2 Nama Percobaan : Percobaan kanalis semisirkularis horizontal
Nama Subjek Percobaan : Chandra
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

  1. Tujuan Percobaan :
  • Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak atau goyang akan menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu ;
  • Memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sedia kala ;
  • Melihat adanya nistagmus.

  1. Dasar Teori :
  2. Alat Yang Digunakan : Sapu tangan besar, Tongkat atau Batang yang bisa diberdirikan
  3. Jalannya Percobaan :
      • Praktikan diinstruksikan untuk berdiri tegak ;
      • Kemudian praktikan diminta untuk menundukkan kepala dan menutup mata ;
      • Setelah itu, praktikan diputar ke arah kanan sebanyak 3 kali ;
      • Kemudian praktikan diminta untuk membuka mata dan diarahkan untuk berjalan ;
      • Selanjutnya praktikan kembali diminta menundukkan kepala dan menutup mata lagi dan diputar kembali ke arah berlawanan (kiri) sebanyak 3 kali ;
      • Kemudian praktikan diminta kembali membuka mata dan diarahkan untuk berjalan lagi ;
      • Setelah itu, praktikan diminta merasakan perbedaan antara putaran pertama atau kedua yang membuatnya lebih pusing.

  1. Hasil Percobaan :
  • Pada putaran yang pertama, lebih mengalami pusing dan kesulitan untuk berjalan lurus.
  • Pada putaran yang kedua, lebih terasa biasa saja dan bisa berjalan lurus.

  • Hasil sebenarnya :
  1. Biasanya mengalami kesulitan untuk berjalan lurus, normal dikarenakan cairan endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak.
  2. Biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan untuk berjalan lurus seperti yang pertama kali karena cairan endolimph dan perilimph normal kembali.

  1. Kesimpulan :
  • apabila cairan endolimph dan perilimph ternggangu atau bergejolak maka kita akan kesulitan untuk berjaalan lurus
  1. Daftar Pustaka :
  • NN. (2000). Indera Pendengar. www.free.vlsm.org. Di akses tanggal 7 april 2011




II.3 Nama Percobaan : Nistagmus
Nama Subjek Percobaan : Chandra
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal

  • Tujuan Percobaan :
  • Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila bergejolak atau goyang akan menyebabkan keseimbangan seseorang akan terganggu ;
  • Memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sedia kala ;
  • Melihat adanya nistagmus.

  • Dasar Teori :
  • Alat Yang Digunakan : Sapu tangan besar, Tongkat atau Batang yang bisa diberdirikan
  • Jalannya Percobaan :
            • Praktikan diinstruksikan untuk menunduk, kemudian tangan kanan memegang telinga dan tangan kiri memegang lutut sebelah kanan (silang) ;
  • Kemudian praktikan diminta untuk menutup mata ;
  • Setelah itu, praktikan diputar ke arah kanan sebanyak 3 kali.
  • Setelah diputar praktikan ditegakkan kembali dan diminta membuka matanya ;
  • Selanjutnya praktikan diminta merasakan apa yang terjadi.

  • Hasil Percobaan :
  • Setelah melakukan putaran dengan menundukkan kepala dan mata tertutup kemudian ditegakkan kembali dan membuka mata, kepala terasa pusing dan pandangan mata menjadi kabur (kunang-kunang) dan yang dilihat menjadi berputar-putar.

  • Hasil sebenarnya :
Biasanya pandangan menjadi kabur atau berkunang-kunang (apa yang dilihat seperti berputar-putar)

  • Kesimpulan :
  • Untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan kemudian berjalan dalam satu garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
  • a. Bagian luar: Daun telinga, cuping telinga, liang telinga, dan membran thympany.
  • b. Bagian tengah: Terdiri dari tulang-tulang pendengaran, yaitu: Maleus, Incus, dan Stapes. (MIS)
  • c. Bagian dalam: Rumah siput (chochlea). Terdapat 2 cairan, yaitu: endolimph dan perilimph yang membuat kita seimbang saat berjalan.
  • Daftar Pustaka :
  • Murni, A.Y,. (2003). Gangguan Pendengaran Akibat Bising. http://library.usu.ac.id/. Di akses tanggal 7 arpil 2011